Rabu, 16 November 2011

Burung Gereja

Burung Gereja sejenis burung pipit yang tersebar di kebanyakan kawasan Eropa dan Siberia, dan kawasan-kawasan di Asia. Burung kecil pemakan biji-bijian dari sub famili passerinae dari famili burung manyar (Ploceidae). Ada 8 genus. 5 diantaranya terdapat di Afrika, tiga lainnya, burung gereja sejati (passer), burung gereja batu karang (Petronia) dan bondol Salju (Montifringila). Burung gereja yang biasa kita lihat selama ini adalah burung gereja yang bernama ilmiah (Passer Domesticus). Penamaan "Burung Gereja" di benua Amerika karena kebiasaanya tinggal di atap-atap gereja dan bangunan. Burung gereja merupakan burung polygami yang mempunyai suara monoton, namun jika dibawakan pada saat memperebutkan pakan atau betina, maka suara yang dibawakan akan terdengar ramai dan enak didengar, sehingga acapkali oleh para pemain burung lomba dijadikan master bagi burung akan dilombakan, karena suara yang dibawakan berkarakter rapat dan tegas.


Burung Gereja memiliki ukuran kurang lebih 12.5 - 14 sentimeter, di eropa sulit dibedakan dengan Burung Pipit Rumah (House Sparrow ). Burung Gereja dapat dibedakan dengan melihat kepala dan tengkuknya yang berwarna kecoklatan dan warna hitam di sekitar muka, warna hitam yang berbentuk tiga segi pada pipinya yang putih, serta jalur kembar yang sempit dan yang berwarna putih pada sayapnya, Ukuran burung ini juga lebih kecil dan gerakan yang lebih dinamis. Warna paruhnya dapat berubah-ubah sesuai dengan musim, coklat pada musin hujan dan hitam pekat pada musin panas. Dagu dan lehernya hitam. Kakinya coklat pucat.

Burung Pipit Pun Mengerti Tata Bahasa

SHUTTERSTOCK
KOMPAS.com — Burung pipit berkicau menggunakan pola yang serupa dengan tata bahasa. Temuan itu dilaporkan oleh Kentaro Abe dari Kyoto University, bersama koleganya, Dai Watanabe dari Japan Science and Technology Saitama.
Abe dan timnya melakukan eksperimen dengan memutarkan beberapa lagu berulang kali sampai pipit terbiasa mendengarnya. Kemudian mereka mengacak suku kata setiap lagu dan memperdengarkannya kembali kepada pipit.
Hasilnya, burung itu hanya bereaksi terhadap satu dari empat versi yang telah diacak. Burung pipit itu hanya bereaksi terhadap versi yang dinamakan SEQ2, seolah-olah menyadari ada pelanggaran tata bahasa di dalamnya. Hampir 90 persen dari burung pipit yang diuji menunjukkan respons yang sama.
Menurut Abe, respons tersebut mengindikasikan adanya aturan tertentu dalam pengaturan urutan suku kata dalam nyanyian burung pipit yang disepakati dalam komunitas mereka. "Burung pipit ini mempunyai kemampuan spontan untuk memproses hubungan antarkata dalam nyanyian mereka," kata Abe.
Kemampuan tersebut bukanlah bawaan lahir melainkan harus dipelajari. Dalam eksperimen berikutnya, Abe menemukan burung yang dibesarkan dalam isolasi tidak bereaksi terhadap SEQ2. Setelah burung itu dikumpulkan bersama burung-burung lainnya selama dua minggu, barulah burung itu menunjukkan reaksi yang sama.
Constance Scharff yang mempelajari kicauan burung di Free University of Berlin, Jerman, mengatakan bahwa hasil eksperimen tersebut sangat penting karena sebelumnya hanya manusia yang diklaim sebagai satu-satunya spesies yang menggunakan tata bahasa. Binatang lain seperti anjing, kera, dan burung kakatua dapat mengenali dan menyusun kalimat. Namun, hanya burung pipit yang menggunakan tata bahasa dalam kicauan mereka. (National Geographic Indonesia/Agung Dwi Cahyadi)
sumber;kompas.com

BURUNG PERKUTUT

Perkutut Bakalan


Banyak orang memelihara perkutut, asal memelihara saja. bakalan yang dibeli tidak pernah atau jarang ipilih secara cermat.penggemar. penggemar yang masih baru umumnya kurang tau persyaratan yang diperlukan untuk mendapatkan calo penyanyi yang bermutu. akibatnya, setelah burung dirawat baik-baik dalam waktu cukup lama, ia menjadi kecewa. harapan semula akan mendapatkan burung bersuara merdu,ternyata suaranya kecil, iramanya tidak bagus, anggungannya monoton, sehingga membosankan didengar.

Bagi penggemar yang memiliki cita rasa "seni suara perkutut" yang baik, pengalaman serupa itu jelas tidak menyenangkan. merawat bakalan sampai menjadi perkutut yang rajin manggung tidaklah muda, karena membutuhkan perhatian, waktu, tenaga, dan biaya yang tidak sedikit. lebihparah lagi kalau bakalan dulu dibeli dengan harga mahal pula.

Harus Jantan:

Perkutut yang rajin berbunyi dan manggung dengan baik hanyalah yang jantan.di alam bebas, anggungan burung jantan diperdengarkan untuk memikat calon pasangan betinanya.

Jadi bakalan yang akan dipilih dan dipelihara sebagai burung penyanyi haruslah yang jantan. perbedaan kelamin jantan-betina pada perkutut muda, bisa diketahui dengan merabah supitnya (tulang yang terletak di bawah dubur dan di antara pangkal paha).caranya, tubuh burung dipegang dengan tangan kiri, lalu diraba tulang supitnya dengan telunjuk kanan atau ibu jari.kalau bagian supit itu terasa sempit dan keras, tak diragukan lagi, pasti burung jantan kalau terasa renggang dan empuk, pasti burung betina. selain itu bentuk kepala burung jantan umumnya agak besar, lonjong memanjang, dan betinanya kecil agak membulat.

BURUNG CIBLEK


Burung ciblek atau dikenal juga dengan nama latin Prinia familiaris kini semakin langka. Burung yang dimasukkan ke dalam keluarga Prinia (merujuk bulu sayap putih bertipe prinia) kini hanya tersisa di sebagian kecil pulau Jawa. Sumatera dan Bali. Di Sumatra tidak jarang sampai ketinggian 900 m dpl, sedangkan di Jawa dan Bali umum sampai ketinggian 1.500 m dpl.
Ciblek memiliki ukuran fisik yang tergolong kecil, hanya sekitar 12 cm terhitung dari ujung paruh hingga ekor.  Memiliki bulu punggung berwarna hijau ke abu abuan dengan bagian ujung ekor bermotif totol kehitaman tipis. Pada bagian punggung ada dua macam warna. Untuk tipe ciblek tegalan/ kebun dicirikan dengan warna dada putih sedangkan ciblek sawah berwarna abu abu agak gelap. Ciblek dada putih memiliki intonasi yang panjang, keras dan lebih melengking dengan suara bersuara cap..cap..cap… sedangkan ciblek sawah  berbunyi cip..cip..cip… Paruh burung ciblek berbentuk runcing dan kecil dengan bagian atas kehitaman dan bawah kekuningan. Kakinya sangat rapuh berwarna coklat kemerahan. Burung ciblek hidup secara berkoloni kecil antara 3 hingga 12 ekor. Mereka mencari makanan di area terbuka seperti sawah, pekarangan, kebun atau bisa juga didaerah tertutup seperti pinggiran hutan dan kawasan bakau. Di alam bebas, ciblek akan berbunyi secara bersahut sahutan dengan kawanannya. Nyanyian tersebut sebagai tanda komunikasi agar tidak terpisah dan juga sebagai tanda perngatan jika ada bahaya. Saat bernyanyi, ciblek akan mengangkat pantat dan ekornya sehingga terlihat semakin cantik. Burung ciblek mencari mangsa berupa ulat maupun serangga kecil. Terkadang mereka akan turun ke tanah untuk mengambil cacing yang muncul di permukaan. Akan tetapi ciblek peliharaan berbeda lagi dalam hal selera makanan. Mereka dibiasakan mengkonsumsi voer, ulat hongkong atau kroto yang dicampur. Burung ciblek yang gagal beradaptasi dalam selera makanan buatan manusia biasanya akan mati mendadak.
Seperti kebanyakan burung kecil lainnya, ciblek membuat sarang dengan menganyam rerumputan halus. Mereka memilih pohon yang tidak terlalu lebat dengan banyak batang. Sarang ciblek berukuran kecil kurang lebih berdiameter 15 cm dengan lubang kearah samping. Sarang diletakkan di batang dengan ketinggian minimum 2 meter. Mereka bertelur antara 3 hingga 5 ekor. Ciblek termasuk burung yang pandai mengasuh anaknya, terbukti dengan rendahnya angka kematian anak di sarang.


Sebelum tahun 1990 an burung ini dibiarkan hidup bebas. Akan tetapi  saat ini burung ciblek terus diburu. Penangkapan banyak dilakukan terutama di daerah pedesaan di pulau Jawa. Sifatnya yang tidak takut terhadap manusia, semakin mudah untuk menjerat burung ciblek. Ada beberapa macam cara untuk menangkap burung ini. Pemburu tradisonal biasanya menggunakan pulut (getah nangka) yang di oleskan di daerah habitat ciblek. Karena burung ini memiliki pola terbang pada daerah yang sama, pemburu dapat memprediksi titik titik burung ini akan hinggap kembali. Ada pula yang menangkap dengan membentangkan jarring di sawah. Bisa juga dengan meletakkan cermin atau anakan burung yang diambil dari sarangnya pada sangkar perangkap sehingga memancing indukan untuk datang dan masuk perangkap. Para penangkap burung yang terampil, bahkan, kerap hanya bermodalkan senter, dan kecepatan tangan untuk menangkap burung ciblek yang tidur di malam hari pada pohon pohon ketela.

Senin, 14 November 2011

BURUNG MERPATI BALAP



Merpati balap adalah hasil pembiakan dari burung merpati yang telah dibiakkan secara khusus agar mampu terbang lebih cepat, instink untuk pulang yang lebih kuat untuk olah raga balap merpati. Merpati populer yang dijinakkan, merpati balap, adalah salah satu hasil yang paling baru.
Merpati termasuk golongan burung pintar, ini terbukti dengan kejinakan dan kemampuannya untuk mengenali kandang dan daerah sekitarnya terutama merpati pos. Merpati Balap mempunyai kelebihan lain yang tidak kalah hebatnya dengan merpati pos, yaitu mampu mengenali pasangan, pemilik, atau pelatihnya dari jarak yang cukup jauh.
Secara Umum merpati balap yang baik memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

BURUNG KACER (POCI/KOCI/HITAM/JAWA)


Burung Kacer

Karakter dan sifat burung Kacer, cara memilih burung Kacer, cara merawat burung Kacer, cara memaster burung Kacer, tips seputar burung Kacer.

 

TIPS PANDUAN BURUNG KACER (MAGPIE ROBIN)

 
Pemilihan Bakalan (Bahan), Perawatan Harian, Perawatan Pra Lomba, Perawatan Pasca Lomba dan Perawatan Mabung untuk Burung Kacer (Magpie Robin)
 
Berdasarkan Riset SMART MASTERING - WWW.SMARTMASTERING.COM

Burung Kacer merupakan salah satu burung petarung yang memiliki gaya paling eksotis, disamping suaranya yang sangat memukau. Merawat burung Kacer sangat mudah dan menyenangkan.
 
KARAKTER DASAR BURUNG KACER
  • Mudah beradaptasi, burung Kacer sangat mudah menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan.
  • Petarung yang gampang naik darah. Apabila mendengar suara burung lain atau melihat burung sejenis, maka semangat tempurnya langsung berkobar.
  • Birahi yang cenderung mudah naik. Burung ini sangat mudah naik birahinya, banyak penyebab yang dapat membuat naiknya birahi pada burung jenis ini. Stelan EF (Extra Fooding) yang over, penjemuran yang berlebih atau melihat burung Kacer betina, dapat dengan cepat menaikkan tingkat birahinya.
  • Mudah jinak. Karena kemampuan beradaptasinya yang tinggi, maka burung ini mudah jinak kepada manusia.
  • Kuda Laut-Mbagong-Mbedesi. Setiap burung Kacer memiliki karakter ini, karena ini merupakan karakter dasar dari burung Kacer. Ada beberapa sebab yang membuat burung Kacer mbedesi atau mbagong, yaitu: terlalu birahi, tidak kondisi (mau mabung atau sedang mabung), jatuh mental dan kurang birahi.

Burung Kutilang - Burung yang Mudah Jinak

Dulu burung kutilang benar benar tersohor.. sampai-sampai ada lagu yang membahas mengenai burung kutilang. Tingkah Lakunya Yang Mudah Jinak Serta Mudah Dipelihara mungkin menjadi penyebabnya.Sekarang, Sejenak Mari Kita Tinjau mengenai burung kutilang ini.


Kutilang Biasa


Kutilang Emas/Kuning


Kutilang Sutera

Burung Kutilang adalah sejenis burung Berkicau dari suku Pycnonotidae. Orang Sunda menyebutnya cangkurileung, orang Jawa menamainya ketilang atau genthilang, mengikuti bunyi suaranya yang khas.
Dalam bahasa Inggris burung ini disebut Sooty-headed Bulbul, sementara nama ilmiahnya adalah Pycnonotus aurigaster (yang mengacu pada bulu-bulu di sekitar pantatnya yang berwarna jingga)

Ciri-ciri umum
Burung yang berukuran sedang, panjang tubuh total (diukur dari ujung paruh hingga ujung ekor) sekitar 20 cm.

Sisi atas tubuh (punggung, ekor) berwarna coklat kelabu, sisi bawah (tenggorokan, leher, dada dan perut) putih keabu-abuan. Bagian atas kepala, mulai dari dahi, topi dan jambul, berwarna hitam. Tungging (di muka ekor) nampak jelas berwarna putih, serta penutup pantat berwarna jingga.
Iris mata berwarna merah, paruh dan kaki hitam.

Kebiasaan dan Penyebaran
Kutilang kerap mengunjungi tempat-tempat terbuka, tepi jalan, kebun, pekarangan, semak belukar dan hutan sekunder, sampai dengan ketinggian sekitar 1.600 m dpl. Sering pula ditemukan hidup meliar di taman dan halaman-halaman rumah di perkotaan.
Burung kutilang acapkali berkelompok, baik ketika mencari makanan maupun bertengger, dengan jenisnya sendiri maupun dengan jenis merbah yang lain, atau bahkan dengan jenis burung yang lain.